Sabtu, 27 Juli 2013


          Dia adalah orang yang selalu bercermin. Ke mana pun ia pergi, ia tak pernah lupa untuk membawa cermin. Dalam satu hari, ia bisa bercermin sampai lebih dari sepuluh kali. Ia ingin selalu tampil rapi dan sedap dipandang mata. Ia tidak ingin melihat noda setitik pun menempel di badannya yang dapat merusak penampilannya. Ia tidak ingin posisi rambutnya berubah sedikit pun karena terpaan angin. Maka dari itu, untuk menjaganya ia tak henti-hentinya bercermin.

          Hari itu adalah hari pertamanya masuk kerja di sebuah perusahaan ternama di kota besar. Dia sangat cocok untuk perusahaan itu yang memang membutuhkan orang yang berpenampilan menarik dan berpengalaman. Bahkan, dia lebih dari sekedar menarik dan berpengalaman, amat sangat menarik dan amat sangat berpengalaman. Semua orang yang bertemu dengannya sudah dipastikan mereka akan terkesan melihatnya. Semua orang akan selalu mengingatnya. Semua orang akan selalu terbayang-bayang dirinya. Sebelumnya, ia juga pernah bekerja di perusahaan ternama di luar kota. Karena sesuatu hal, akhirnya ia dikeluarkan.

          Seperti biasa, setiap kali bangun tidur ia selalu menuju ke cermin. Walaupun bangun tidur, ia tidak ingin terlihat tidak rapi. Selesai bercermin, ia pergi menuju kamar mandi. Di kamar mandinya juga tersedia cermin yang sama besarnya dengan cermin yang ada di dekat tempat tidurnya. Yang pertama kali ia lakukan adalah menyikat gigi. Lagi-lagi sambil bercermin. Ia juga sangat perhatian dengan penampilan giginya. Ia tidak ingin ada sisa makanan terselip di giginya yang dapat merusak penampilannya. Itu dapat merusak senyumannya.

          Seusai menyikat gigi, ia mencuci muka. Hal itu masih ia lakukan di depan cermin. Sering kali ia mendekat pipinya ke cermin agar ia bisa melihat kulit mukanya dengan jelas. Pokoknya harus benar-benar bersih, segar, dan tidak kusam. Setelah itu, barulah ia menuju ke ruang tempat mandi. Tepat di bawah shower juga terdapat cermin. Hanya saja ukurannya lebih kecil. Bentuknya memanjang. Artinya, mandipun ia lakukan sambil bercermin.

          Sudah seminggu yang lalu ia mempersiapkan pakain yang hendak ia pakai di hari pertama kerja. Persiapannya benar-benar sudah sangat matang. Ia membeli pakaian termahal lebih dari sepuluh setel di pusat perbelanjaan di kotanya. Hari ini ia akan memakainya satu. Sebelum dipakai, ia wajib memoles wajahnya. Memoles wajah adalah waktu terlamanya dalam berermin. Mulai dari alis, bulu mata, kelopak mata, pipi, bibir, rambut, kuku, tangan, badan, dan kaki. Berkali-kali ia mendekat wajahnya ke cermin. Semuanya harus sempurna.

          Setiba di kantor, semua orang, baik perempuan terlebih laki-laki, terpana melihatnya. Dia pandai dalam menampakkan sisi keindahan dan kemolekkan fisiknya. Walaupun semua orang memuji kecantikkannya, ia tetap tidak bisa lepas dari cermin. Semakin dipuji, ia malah semakin sering bercermin. Sebelum turun dari mobil, ia bercermin. Sebelum masuk kantor, ia bercermin sembunyi-sembuyi pada pintu masuk kantor. Selama berjalan, ia tak henti-hentinya melirik dirinya yang terpantul di cermin di dalam kantor. Setiap ada klien yang akan masuk ke ruangannya, ia selalu bercermin terlebih dahulu, setelah itu barulah mempersilahkan masuk. Ketika hendak pulang dan meninggalkan ruangan, ia bercermin. Dan hal itu akan ia ulangi ketika pulang.

          Suatu hari, direktur utama perusahaan tempat ia bekerja mengajak seluruh staf dan karyawannya berlibur ke Bali. Tentu saja ini adalah kabar yang sangat menyenangkan bagi seluruh karyawan, tidak terkecuali dirinya. Seperti biasa, ia selalu mempersiapkan dengan matang untuk penampilannya di setiap acara. Tidak meleset lagi, ketika waktu liburan tiba, ia adalah orang yang paling rapi, cantik, dan mempesona di antara semua rekan-rekannya. Sang direktur pun terpesona dibuatnya.

          Seusai makan siang di salah satu restoran di Bali, ia mengeluarkan cermin dari dalam tasnya. Ia melihat giginya, khawatir ada sisa makanan di giginya. Salah seorang rekannya yang duduk tepat di depannya kaget melihatnya. Ia melihat gigi orang itu hitam semua. Ia hendak berbisik ke teman di sampingnya, namun hal itu urung ia lakukan karena ia takut salah lihat. Ia mengakui bahwa orang itu adalah orang yang paling mempesona, tidak mungkin giginya seburuk itu.

          Suatu hari, ia pergi ke toilet di kantornya. Keluar dari toilet, ia berjalan dengan anggunnya sambil mengikat rambutnya. Hal itu membuat bajunya sedikit terangkat. Sehingga kulit tubuhnya yang putih mulus itu secara tidak sengaja terlihat oleh seorang laki-laki petugas cleaning service yang sedang mengepel lantai. Ia kaget melihat borok bernanah selebar daun telinga yang terdapat di kulit tubuhnya yang mulus itu. Ia langsung mengalihkan pandangan dengan mengepel lantai. Ia tak henti-hentinya geleng-geleng kepala. Anehnya, orang itu tidak merasa sakit sedikitpun akan lukanya itu. Padahal bajunya ternoda oleh lukanya itu. 

          Hari ini adalah tepat satu bulan dari liburan ke Bali kemarin. Hari ada rapat bulanan perusahaan. Ia datang lebih awal, dan seperti biasa dengan penampilannya yang tidak membosankan mata. Di depan pintu utama, ia selalu tersenyum kepada satpam yang selalu berdiri di sana. Satpam itu juga selalu membukakan pintu untuknya. Ketika ia masuk ke dalam, satpam itu mengalami hal yang sama dengan seorang petugas cleaning service dan aeorang karyawan waktu di Bali. Ia kaget. Ia heran setengah mati melihat borok bernanah tepat di tengah-tengah punggung orang itu dengan ukuran yang lebih lebar. Borok kali ini, lebih parah dari borok yang dilihat oleh petugas cleaning service. Maklum, kali ia memakai baju yang transparan. Lagi-lagi terjadi keanehan. Orang itu terlihat seperti orang sehat, segar, dan bugar. Tetap selalu ceria.

          Sebelum rapat di mulai, ia bercermin dan memoles wajahnya kembali. Ia pergi ke ruang rapat dengan membawa banyak berkas. Manager perusahaan mempersilahkan dia untuk menyampaikan apa yang harus dia sampaikan dalam rapat itu. Ia pun berdiri dan maju ke depan. Ia menjelaskan dengan gayanya yang khas. Santai, luwes, tegas, dan jelas. Pembicaraannya ia dukung dengan gerak badan untuk memperjelas apa yang ia katakana. Tiba-tiba, baju yang ia kenakan sobek tepat di bagian ketiaknya. kejadian itu disaksikan oleh sang sekretaris perusahaan. Ia kaget melihat bisul berisi nanah tepat di ketiak orang itu. Sang sekretaris hampir menjerit. Namun hal itu tidak terjadi. Anehnya, orang itu tetap berbicara santai dan luwes.Anehnya lagi, hanya sang sekretaris seorang dirilah yang melihat kejadian itu. Semua orang  dalam rapat itu tetap dengan seksama memperhatikan penjelasannya.

          Dua bulan kemudian orang itu naik pangkat. Hal itu jelas berdampak pada penghasilannya. Dengan demikian, ia semakin sering pergi ke salon untuk perawatan diri. Membeli berbagai perlengkapan yang mahal-malah untuk menunjang penampilannya. Wajahnya semakin mulus. Kulitnya semakin halus.

          Ketika ia hendak pulang, tepat di depan pintu ruangannya, ia bertemu dengan sang manager. Mereka bercakap-cakap ringan sejenak. Hasil percakapan itu adalah ia diantar pulang oleh sang manger sampai di rumahnya. Selama perjalan pulang mereka berbincang-bincang. Hanya saja, mobil sang manager, yang tadinya wangi dan sejuk, berubah menjadi bau busuk yang amat sangat. Berkali-kali sang manager itu hampir muntah.

“Kenapa, Pak ?” Tanya orang itu. “Bapak masuk angin ?”
“Emmhh, nggak. Saya nggak apa-apa…” sang manager gugup. Ia memijat-mijat kepalanya sendiri.
“Kalau Bapak sakit, sebaiknya kita ke rumah sakit aja…”
“Tidak. Tidak usah. Ini mual biasa. Sebentar lagi juga hilang kok..”
“Atau…Bapak mau saya pijitin ?...”

          Sang manager mengatur AC mobilnya ke suhu yang lebih dingin. Ia juga membuka parfum pengharum ruangan yang baru agar lebih wangi. Sayangnya, hal itu sia-sia. Aroma busuk tambah menyengat, suhu semakin panas, seiring dengan orang itu yang semakin banyak bicara.

“ Ibu…tidak kepanasan ? Atau…mencium aroma busuk…mungkin..?” Tanya sang manager ragu-ragu.
“ Tidak, Pak…” jawabnya santai.

          Ia semakin dihormati oleh orang-orang di kantor setelah naik jabatan. Hanya saja, semakin banyak pula orang-orang di kantor yang melihat luka-luka aneh yang terdapat di tubuh orang itu. Satu orang dengan satu luka yang berbeda. Tetapi, belum ada satu orang pun yang bertanya atau menceritakan langsung ke padanya tentang apa yang mereka lihat di tubuhnya. Aneh. Aneh luar biasa. Hampir semua orang mempunyai kesimpulan yang sama. Ia mengidap penyakit aneh. Pasalnya, wajahnya selalu terlihat cantik. Ia selalu ceria dan semangat. Ia juga tidak pernah tahu bahwa darah bekas lukanya itu sebenarnya menempel di pakaiannya. Jelas tidak tahu, karena hanya pembantunya yang tahu. Akhirnya, setiap hari pembantunya selalu mencuci pakaian yang berdarah dan bernanah.

          Sering kali pembantunya memberi tahu kalau ada luka di tubuhnya. Namun ia tidak melihatnya sama sekali walaupun sudah bercermin berkali-kali. Ia pun tidak merasa sakit sedikit pun. Pembantunya hanya geleng-geleng kepala setiap kali usai memberi tahunya. Pembantunya juga sering menyarankan dia untuk segera berobat ke dokter. Malangnya, ia selalu membantah dan menolak. Ia merasa sehat dan tidak butuh ke dokter. Bahkan, ia malah membeli cermin yang lebih besar lagi.

          Hari ini adalah hari yang paling berharga baginya. Hari yang paling spesial dalam hidupnya. Hari ini dia mendapat undangan makan siang dari sang direktur utama perusahaan. Tadi malam, sebelum tidur, ia mendapat undangan itu lewat BBM. Pagi tadi adalah waktu terlama ia bercermin dan bersolek. Ia memakai baju termahalnya dan parfum terwanginya. Lain halnya bagi orang-orang di kantor. Hari ini adalah hari terburuk bagi mereka. Seluruh ruangan kantor beraroma busuk yang sangat menyengat. Semua orang di kantor membencinya. Pada saat dia tiba di kantor, semua orang terbelalak    melihatnya. Penyakitnya semakin terlihat parah dan menjijikkan.

“Kamu sudah siap untuk makas siangnya..?” BBM dari sang direktur utama.
“Sudah, Pak… J…! “ balasnya.
“Saya jemput di ruanganmu ya..?”
“Oke, Pak..saya tunggu….”

          Ia segera mencari cermin di dalam tasnya. Ia bersolek mempercantik penampilannya.

          Tidak lama kemudian, sang direktur tiba di ruangannya. Ia kaget, melihat orang itu tergeletak di lantai. Badannya menghitam. Keluar nanah dan darah dari lubang hidung, telinga, dan mulutnya. Bau bangkai menyeruak di ruangan tempat orang itu bekerja. Anehnya, sang direktur tidak mencium aroma itu. Ia juga tidak melihat ada darah mengalir apalagi nanah. Ia hanya melihat seonggok tubuh putih mulus tergeletak di lantai.

          Sang direktur segera membopong orang itu dan melarikannya ke rumah sakit. Sang direktur lari. Semua orang menjerit melihat kejadian itu. Di rumah sakit, dokter berkata bahwa orang itu mengidap penyakit dalam komplikasi sangat parah. Penyakit yang susah disembuhkan. Orang yang mengidap penyakit dalam ini, akan tetap merasa dirinya sehat dan bugar. Karena, gejala penyakit ini memang tidak bisa dirasakan oleh si penderita itu sendiri. Orang lainlah yang bisa melihat dan merasakannya. Sistem kekebalan tubuhnya hancur dari dalam. Ia juga tidak melihat gejala-gejala itu dengan mata kepalanya sendiri, karena sistem penglihatannya sudah terganggu.

“ Maaf, Pak. Ia sudah meninggal. Seluruh organ dalamnya sudah membusuk….”  Kata sang dokter kepada sang direktur. “ Hati-hati, Pak…terhadap penyakit ini… dan sepertinya………… Bapak sudah terjangkit penyakit ini…”

Sang direktur terbelalak.

“Tapi tenang saja…… Bapak akan segera sembuh kalo Bapak segera berobat! “
Categories:

3 komentar:

  1. Maksudnya ??
    jadi sebenarnya sakit apa ?

    jadi mau sesempurna apapun kita, akan tetap kurang di mata orang lain ...
    atau penyakit itu
    penyakit dari dalam diri kita sendiri ?


    direkturnya juga kena penyakitnya ? kenapa ? karna dia satu satunya orang yang liat gadis itu masih putih mulus ?

    aku ga ngerti tolong jelasiin ....

    BalasHapus
  2. oh , terimakasih , aku sudah mengerti sekarang ..
    terimakasih untuk cerita dan pelajarannya

    BalasHapus
  3. Ya masak ngaca setiap hari sampe mandi pake kaca gk tau luka yg lebar dan bau busuk? Gamasuk akal lah. Punya hidung kan mana mungkin ketika itu hidung berhenti berfungsi:v Nanah di baju? Ya gila masak gatau ada nanah di baju, trus kalo nyuci masak gk liat? Masak bner" gatau sampe mati duluan? Sumpah gak ngerti gua:v

    BalasHapus