Hingga detik ini, aku masih selalu berharap untuk diberi dan
dikasih.Hhasrat dan keinginan untuk diberi ini benar-benar jauh lebih besar
dari pada hasrat dan keinginan untuk memberi. Apalagi hasrat dan keinginan
untuk berusaha sendiri, rasanya kecil sekali.
Di saat uangku habis, seperti tak ada jalan lain, yang aku lakukan
pasti dan selalu hanya meminjam. Jika tidak begitu, bilang ke teman-teman lewat
SMS “Aku gak punya uang…”. Dari situ aku berharap mendapat balasan “ Kamu sudah
makan ? “ atau “Ayo makan bareng aku, mumpung aku lagi punya..” atau juga “Apa
kamu mau minjem ?” atau “Oh, santai Chang, gpp….ini, aku lagi ada rejeki. Nanti
aku anterin ya uangnya. (Picik sekali aku ini ! )
BETAPA KERDILNYA AKU !!!!!
DI MANA HARGA DIRIKU ????
DI MANA HARGA DIRIKU ????
Niatan untuk membalas jasa-jasa mereka, semua orang yang telah
berbuat baik kepadaku , juga tidak seberapa kuat dan hebat. Malahan, aku
cenderung sering menolak ketika orang lain meminta pertolongan kepadaku.
Terkadang, penolakkan itu aku bubuhi dengan alsan-alasan yang secara sadar
dibuat-buat. Seharusnya, bahkan wajib aku menolongnya. Kebanyakan, orang lain
yang meminta pertolonganku adalah dalam bentuk jasa. Padahal, jelas-jelas aku
masih punya tenaga, waktu, juga pikiran yang bisa dimanfaatkan untuk menolong
mereka.
Ketika punya uang, aku sibuk menikmatinya sendirian. Aku
benar-benar lupa pada saat-saat di mana aku tidak memilikinya sama sekali.
Benar-benar hanya mengisi perutlah yang mendominasi pikiran. Bahkan, sepertinya
memang hanya perut sajalah yang ada
dalam otakku. Padahal, setelah perut merasa kenyang, akan berlanjut naik ke
mata. Ngantuk. Ujungnya-ujungnya, aku nempelin kepala ke bantal dengan posisi
badan horizontal. Energi yang dihasilkan dari makanan itu akhirnya kurang
bermanfaat. Energi itu tidak diberdayakan untuk meningkatkan kualitas diri atau
menolong orang lain. Perut kenyang hanya membuat kualitas diri semakin buruk.
Berdasarkan salah satu kitab yang pernah kubaca, perut kenyang dan banyak tidur
hanya akan membuat pikiran semakin tumpul dan membuat hafalan cepat hilang
dalam ingatan. Semua hal itu terjadi padaku. Ilmu yang telah kudapatkan secara
perlahan-lahan benar-benar terlupakan. Aku pun menjadi orang yang mudah
mengeluh. Menjadi tambah “ogoan”. OGOAN berasal dari bahasa sunda, artinya
MANJA.
Segala kebutuhan dan keinginan ingin terpenuhi. Celakanya,
bukanlah diri sendiri yang memenuhi kedua hal itu, melainkan orang lain. Ya,
orang lain yang mengusahakan kedua hal itu terwujud untukku. Persis seperti
lagunya Gita Guttawa yang berjudul “Parasit”. Awalnya aku mengira, apakah ada
orang yang seperti dalam lagu itu ? Ternyata, dalam realita, orang semacam itu
memang benar adanya. Aku salah satunya. Ah, ternyata aku adalah parasit ! terus
apa gunannya aku ? Apakah aku bermanfaat buat orang lain ? Sepertinya tidak.
Bukankah sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat buat orang lain ? Maka, aku
harus berubah !
Sekarang kuliah. Kuliah ? Ah, omong kosong dengan kuliah. Dulu,
jauh sebelum lulus SMA, aku benar-benar bersungguh-sungguh membela
satu keinginan itu agar terwujud. Agar aku bisa kuliah. Samapi-sampai aku
pindah sekolah SMA. Alasannya, SMA sebelumnya tidak mbois. Aku berpikir, aku
harus sekolah di SMA yang keren agar aku bisa kuliah. Setelah itu, aku
benar-benar semangat belajar. Itu sedikit terbukti dengan nilai-nilai mata
peljaranku di sekolah yang lumayan. Karena memang bukan yang tertinggi.
Padahal, ternyata….di manapun aku menuntut ilmu, di manapun aku sekolah, itu
semua tergantung aku-nya sendiri. Bukan tergantung sekolahnya. Buktinya, banyak
orang yang lulus dari SMA yang aku bilan tidak mbois itu yang bisa melanjutkan
pendidikan ke bangku kuliah di Jakarta. Banyak di antara mereka sekarang sudah
sukses.
Bentuk pembelaanku yang lain agar aku bisa kuliah adalah aku
bekerja di sebuah restoran kecil di Jakarta. Alasannya, mencari biaya untuk
melanjutkan pendidikan. Orangtuaku memang tidak mempunyai uang sebanyak itu.
malahan, mereka meminta aku untuk tetap bekerja.
Sekarang ? Benar-benar omong kosong dengan kuliah. Sekarang aku
sedang kuliah. Sayangnya, itu tidak berjalan dengan baik. Sampai sekarang, apa
yang bisa aku lakukan ? Apa nilaiku di kuliahan bagus ? Tidak. Selain itu, aku
sering bolos, jarang belajar, setiap tugas selalu dikerjakan mepet dengan batas
akhir pengumpulan, di kelas seringnya SMS-an, tidak memperhatikan dosen. Jika
tidak SMS-an, tertidur di kelas. Sungguh luar biasa kelakuanku !!! Tidak
mengumpulkan tugas, alasannya sibuk. Padahl kalau dipikir-pikir, sibuk apa
coba??? Bukankah seharusnya aku menyibukkan diri di kuliah ? Mengerjakan tugas,
banyak-banyak membaca. Alasan materi kuliah itu sulit ? Tidak mengerti ? Jelas
saja sulit, bertanya saja tidak pernah. Bagaimana mau mengerti, membuka buku
saja hanya saat dikelas. Itu adalah alasan-alasan yang sangat buruk.
Itulah belajar ! Bertanyalah ke ahlinya (bapak dan ibu dosen, atau
teman yang tahu), membaca berulang-ulang, banyak berlatih, sering-sering
diskusi, membuat rangkuman dan catatan-catatan kecil, dipraktekkan. Seharusnya
aku harus lebih semangat dari waktu SMA dulu.
Aku gak ada baiknya. Apakah ada yang bangga terhadapku ? Ah, bukan
itu pertanyaannya. Apa yang aku banggakan dari diriku sendiri ?
Pintarnya.
Pintar apa ? Dalam hal apa aku pintar ? Pintar menyusahkan orang lain, itu baru benar.
Pintar apa ? Dalam hal apa aku pintar ? Pintar menyusahkan orang lain, itu baru benar.
Mandiri .
Alah ! Seperti anak kecil aja, nagku-ngaku mandiri ! Buktinya, aku belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Masih menjadi beban buat orang lain, terutama Ibu, dan kakak-kakak tercinta. Mendapat cobaan sedikit, mengeluhnya luar biasa !
Alah ! Seperti anak kecil aja, nagku-ngaku mandiri ! Buktinya, aku belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Masih menjadi beban buat orang lain, terutama Ibu, dan kakak-kakak tercinta. Mendapat cobaan sedikit, mengeluhnya luar biasa !
Tampan.
Hey !!! Jangan asal ngomong !!! Buat apa tampan, kalau otak tidak ada isinya ? Buat apa ganteng, kalau tidak melakukan yang bermanfaat ? Jangankan bermanfaat untuk orang lain, diri sendiri saja semakin tidak baik. Buat apa punya wajah keren, kalau hanya menjadi parasit ? Buat apa tampan, kalau hanya bisa mengeluh ? Lagi pula, ketampanan itu akan dengan mudah rusak. Kerentanan kerusakan ketampanan itu hanya setebal kulit ari.
Hey !!! Jangan asal ngomong !!! Buat apa tampan, kalau otak tidak ada isinya ? Buat apa ganteng, kalau tidak melakukan yang bermanfaat ? Jangankan bermanfaat untuk orang lain, diri sendiri saja semakin tidak baik. Buat apa punya wajah keren, kalau hanya menjadi parasit ? Buat apa tampan, kalau hanya bisa mengeluh ? Lagi pula, ketampanan itu akan dengan mudah rusak. Kerentanan kerusakan ketampanan itu hanya setebal kulit ari.
Apalagi yang bisa aku banggakan dari diri sendiri ?
Mahasiswa.
Mahasiswa macam apa aku ini ? Mahasiswa yang sangat jauh dari kata “berkualitas”. Bangga hanya karena menyandang status. Diminta ini, tidak bisa ! Ditanya itu, tidak tahu ! Disuruh begini, mengelak ! Seharusnya, mahasiswa itu multiple intelligence dan berwawasan luas serta berpikiran terbuka. Atau paling tidak, meguasai bidang yang ditekuninya. Memahami ilmu yang diperdalamnya. Kuliah nilainya jauh dibawah standar aja dibangga-banggain !!!
Mahasiswa macam apa aku ini ? Mahasiswa yang sangat jauh dari kata “berkualitas”. Bangga hanya karena menyandang status. Diminta ini, tidak bisa ! Ditanya itu, tidak tahu ! Disuruh begini, mengelak ! Seharusnya, mahasiswa itu multiple intelligence dan berwawasan luas serta berpikiran terbuka. Atau paling tidak, meguasai bidang yang ditekuninya. Memahami ilmu yang diperdalamnya. Kuliah nilainya jauh dibawah standar aja dibangga-banggain !!!
0 comments:
Posting Komentar