Sabtu, 27 Juli 2013

Hingga detik ini, aku masih selalu berharap untuk diberi dan dikasih.Hhasrat dan keinginan untuk diberi ini benar-benar jauh lebih besar dari pada hasrat dan keinginan untuk memberi. Apalagi hasrat dan keinginan untuk berusaha sendiri, rasanya kecil sekali.
Di saat uangku habis, seperti tak ada jalan lain, yang aku lakukan pasti dan selalu hanya meminjam. Jika tidak begitu, bilang ke teman-teman lewat SMS “Aku gak punya uang…”. Dari situ aku berharap mendapat balasan “ Kamu sudah makan ? “ atau “Ayo makan bareng aku, mumpung aku lagi punya..” atau juga “Apa kamu mau minjem ?” atau “Oh, santai Chang, gpp….ini, aku lagi ada rejeki. Nanti aku anterin ya uangnya. (Picik sekali aku ini ! )
BETAPA KERDILNYA AKU !!!!!
DI MANA HARGA DIRIKU ????
Niatan untuk membalas jasa-jasa mereka, semua orang yang telah berbuat baik kepadaku , juga tidak seberapa kuat dan hebat. Malahan, aku cenderung sering menolak ketika orang lain meminta pertolongan kepadaku. Terkadang, penolakkan itu aku bubuhi dengan alsan-alasan yang secara sadar dibuat-buat. Seharusnya, bahkan wajib aku menolongnya. Kebanyakan, orang lain yang meminta pertolonganku adalah dalam bentuk jasa. Padahal, jelas-jelas aku masih punya tenaga, waktu, juga pikiran yang bisa dimanfaatkan untuk menolong mereka.
Ketika punya uang, aku sibuk menikmatinya sendirian. Aku benar-benar lupa pada saat-saat di mana aku tidak memilikinya sama sekali. Benar-benar hanya mengisi perutlah yang mendominasi pikiran. Bahkan, sepertinya memang  hanya perut sajalah yang ada dalam otakku. Padahal, setelah perut merasa kenyang, akan berlanjut naik ke mata. Ngantuk. Ujungnya-ujungnya, aku nempelin kepala ke bantal dengan posisi badan horizontal. Energi yang dihasilkan dari makanan itu akhirnya kurang bermanfaat. Energi itu tidak diberdayakan untuk meningkatkan kualitas diri atau menolong orang lain. Perut kenyang hanya membuat kualitas diri semakin buruk. Berdasarkan salah satu kitab yang pernah kubaca, perut kenyang dan banyak tidur hanya akan membuat pikiran semakin tumpul dan membuat hafalan cepat hilang dalam ingatan. Semua hal itu terjadi padaku. Ilmu yang telah kudapatkan secara perlahan-lahan benar-benar terlupakan. Aku pun menjadi orang yang mudah mengeluh. Menjadi tambah “ogoan”. OGOAN berasal dari bahasa sunda, artinya MANJA.
Segala kebutuhan dan keinginan ingin terpenuhi. Celakanya, bukanlah diri sendiri yang memenuhi kedua hal itu, melainkan orang lain. Ya, orang lain yang mengusahakan kedua hal itu terwujud untukku. Persis seperti lagunya Gita Guttawa yang berjudul “Parasit”. Awalnya aku mengira, apakah ada orang yang seperti dalam lagu itu ? Ternyata, dalam realita, orang semacam itu memang benar adanya. Aku salah satunya. Ah, ternyata aku adalah parasit ! terus apa gunannya aku ? Apakah aku bermanfaat buat orang lain ? Sepertinya tidak. Bukankah sebaik-baik orang adalah yang bermanfaat buat orang lain ? Maka, aku harus berubah !
Sekarang kuliah. Kuliah ? Ah, omong kosong dengan kuliah. Dulu, jauh sebelum  lulus SMA,  aku benar-benar bersungguh-sungguh membela satu keinginan itu agar terwujud. Agar aku bisa kuliah. Samapi-sampai aku pindah sekolah SMA. Alasannya, SMA sebelumnya tidak mbois. Aku berpikir, aku harus sekolah di SMA yang keren agar aku bisa kuliah. Setelah itu, aku benar-benar semangat belajar. Itu sedikit terbukti dengan nilai-nilai mata peljaranku di sekolah yang lumayan. Karena memang bukan yang tertinggi. Padahal, ternyata….di manapun aku menuntut ilmu, di manapun aku sekolah, itu semua tergantung aku-nya sendiri. Bukan tergantung sekolahnya. Buktinya, banyak orang yang lulus dari SMA yang aku bilan tidak mbois itu yang bisa melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah di Jakarta. Banyak di antara mereka sekarang sudah sukses. 
Bentuk pembelaanku yang lain agar aku bisa kuliah adalah aku bekerja di sebuah restoran kecil di Jakarta. Alasannya, mencari biaya untuk melanjutkan pendidikan. Orangtuaku memang tidak mempunyai uang sebanyak itu. malahan, mereka meminta aku untuk tetap bekerja.
Sekarang ? Benar-benar omong kosong dengan kuliah. Sekarang aku sedang kuliah. Sayangnya, itu tidak berjalan dengan baik. Sampai sekarang, apa yang bisa aku lakukan ? Apa nilaiku di kuliahan bagus ? Tidak. Selain itu, aku sering bolos, jarang belajar, setiap tugas selalu dikerjakan mepet dengan batas akhir pengumpulan, di kelas seringnya SMS-an, tidak memperhatikan dosen. Jika tidak SMS-an, tertidur di kelas. Sungguh luar biasa kelakuanku !!! Tidak mengumpulkan tugas, alasannya sibuk. Padahl kalau dipikir-pikir, sibuk apa coba??? Bukankah seharusnya aku menyibukkan diri di kuliah ? Mengerjakan tugas, banyak-banyak membaca. Alasan materi kuliah itu sulit ? Tidak mengerti ? Jelas saja sulit, bertanya saja tidak pernah. Bagaimana mau mengerti, membuka buku saja hanya saat dikelas. Itu adalah alasan-alasan yang sangat buruk.
Itulah belajar ! Bertanyalah ke ahlinya (bapak dan ibu dosen, atau teman yang tahu), membaca berulang-ulang, banyak berlatih, sering-sering diskusi, membuat rangkuman dan catatan-catatan kecil, dipraktekkan. Seharusnya aku harus lebih semangat dari waktu SMA dulu. 
Aku gak ada baiknya. Apakah ada yang bangga terhadapku ? Ah, bukan itu pertanyaannya. Apa yang aku banggakan dari diriku sendiri ?
 Pintarnya.
Pintar apa ? Dalam hal apa aku pintar ? Pintar menyusahkan orang lain, itu baru benar. 
Mandiri .
Alah ! Seperti anak kecil aja, nagku-ngaku mandiri ! Buktinya, aku belum bisa memenuhi kebutuhan sendiri. Masih menjadi beban buat orang lain, terutama Ibu, dan kakak-kakak tercinta. Mendapat cobaan sedikit, mengeluhnya luar biasa !
Tampan.
Hey !!! Jangan asal ngomong !!! Buat apa tampan, kalau otak tidak ada isinya ? Buat apa ganteng, kalau tidak melakukan yang bermanfaat ? Jangankan bermanfaat untuk orang lain, diri sendiri saja semakin tidak baik. Buat apa punya wajah keren, kalau hanya menjadi parasit ? Buat apa tampan, kalau hanya bisa mengeluh ? Lagi pula, ketampanan itu akan dengan mudah rusak. Kerentanan kerusakan ketampanan itu hanya setebal kulit ari.
Apalagi yang bisa aku banggakan dari diri sendiri ?
Mahasiswa.
Mahasiswa macam apa aku ini ? Mahasiswa yang sangat jauh dari kata “berkualitas”. Bangga hanya karena menyandang status. Diminta ini, tidak bisa ! Ditanya itu, tidak tahu ! Disuruh begini, mengelak ! Seharusnya, mahasiswa itu multiple intelligence dan berwawasan luas serta berpikiran terbuka.  Atau paling tidak, meguasai bidang yang ditekuninya. Memahami ilmu yang diperdalamnya. Kuliah nilainya jauh dibawah standar aja dibangga-banggain !!!
Categories:

0 comments:

Posting Komentar