Kamis, 15 Mei 2014

Hampir selesai apa yang telah kumulai sejak 2010 silam. Insyallah selesai di tahun ini.

Ini bukanlah akhir dari segalanya. Senang dan bahagia, itu pasti. Hanya saja, ada yang lebih penting, yaitu aku harus memikirkan langkah selanjutnya, karena aku masih hidup.

Ini bukanlah akhir. Sebaliknya. Ini adalah awal di mana aku harus segera mencari pijakkan dan kehidupan yang lain lagi setelah ini. Aku harus segera memikirkan apa lagi yang akan kumulai dan nantinya harus kuselesaikan.

Acang Udin's Concept


Hidup terus berlanjut. Di setiap pergerakkannya, tentu aku menginginkan segala halnya lebih baik dari sebelumnya. Aku berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, itu karena aku menginginkan sesuatu yang lebih. Aku bercita dari satu cita-cita ke cita-cita yang lain. Satu cita -cita terwujud, kemudian aku bercita-cita kembali untuk sesuatu yang lain. Itu karena, aku ingin terus hidup. Aku masih hidup dan cita-cita itu pun harus selalu hidup.

Cita-citaku bermunculan secara bertahap, tidak secara tunai. Aku ingin kuliah, kemudian Tuhan menjawabnya. Alhamdulillah ini hampir selesai. Kemudian cita-citaku selanjutnya adalah kuliah di Oxford University, London.

Lagi-lagi, setiap kali memiliki cita-cita baru, aku selalu merasa ringan sehingga dapat melayang sebebas-bebasnya di angkasa nan luas. Juga, di situ selalu ada sesuatu yang membuatku gemetar.Sedih dan bahagia. Terharu. Selalu ada rasa yang tak bisa kugambarkan. Selalu ada getar yang membuatku lemah dan semangat. Getar dan rasa yang membuatku merasa semakin hidup.

Jika kau bertanya, "Bagaimana caranya???", aku tidak bisa menjawab. Selama ini, Tuhan selalu menjawab impianku dengan jawaban yang penuh kejutan di luar nalarku. Sama halnya ketika Dia menjawab pertanyaan "Bagaimana caranya agar aku bisa kuliah?", dulu.

Sesuatu akan terasa lama di saat baru dimulai, tetapi akan terasa berlalu begitu cepat di saat kita telah menyelesaikannya. Begitulah kira-kira apa yang dulu telah diucapkan oleh kakakku, Husen. Begitu pula yang kurasakan saat ini. Ini terasa berlalu begitu cepat, walau pun ini masih belum selesai, tapi hampir selesai.

Tentu saja aku menginginkan ini berakhir dengan baik dan kemudian aku dapat memulai sesuatu yang lain, yang baru lagi, sesuatu yang baik pula. Iya, aku tentu menginginkan sesuatu itu dimulai dengan baik, berjalan dengan baik, dan berakhir dengan baik pula. Kau juga menginginkan demikian, bukan?

Masa transisi atau masa perpindahan dari masa berakhirnya sesuatu yang telah dimulai ke masa awal sesuatu yang akan diselesaikan, bagiku, itu adalah masa yang paling mendebarkan. Apa yang akan Tuhan suguhkan kepadaku selanjutnya? Masa transisi itu ibarat tempat di mana aku dapat menemukan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menempuh perjalanan selanjutnya.

Walaupun demikian, Tuhan juga menyediakan tempat-tempat lain yang menyediakan segala sesuatu yang aku butuhkan selama di perjalanan. Itu adalah sesuatu yang memang tidak ada di masa transisi tersebut. Tuhan tidak menyajikannya di sana. Tuhan tahu bahwa kita pelupa. Sehingga, sesuatu yang lupa tidak kubawa dari masa transisi itu, Tuhan menyediakannya di tempat lain selama perjalanan. Tuhan juga tahu atas kemampuan dan kekuatanku dalam membawa sesuatu. Tuhan tahu tentang beban seberat apa yang aku mampu untuk membawanya. Sehingga, ketidakmampuan itu pasti ada, yaitu ketidakmampuanku untuk membawa semua bekal yang kubutuhkan untuk menempuh perjalanan selanjutnya yang ada di masa transisi tersebut. Maka dari itu Tuhan menyajikannya di tempat lain. Tuhan juga tahu mana yang kubutuhkan sekarang, mana yang kubutuhkan nanti. Tuhan telah menyediakan segalanya. Tuhan Maha Tahu. Tuhan dengan pasti akan bertanggung jawab.

Cita-cita yang lain yang kuharapkan Tuhan dapat menjawabnya setelah aku menyelesaikan apa yang telah kumulai ini adalah kamu. Aku ingin, setelah ini selesai, kita selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya bersama-sama. Aku ingin kita mengawali  dan menyelesaikan sesuatu, kemudian memulai sesuatu yang lain lagi dan menyelesaikannya lagi, dan seterusnya secara bersama. Bersama-sama dengan buah hati kita. Kita terus bersama selamanya, di sini dan di sana.
Categories:

0 comments:

Posting Komentar