Langitku dipenuhi biola ketika jalan-jalan bersamanya. Satu langkah
kaki, itu arinya semakin jauh kami saling meneyelami ruang-ruang hati
terdalam.
Dengar ! Bunyi biola semakin merdu, sayang.....
Tunggu
! Mau kau ajak ke manakah aku? Atau, maukah kau ku ajak ke tempak yang
ingin ku tuju? Ah..ternyata tujuan kita sama. Horeeeeee....... Ayo kita
kejar matahari ! Biarkan biola dan suaranya menari-nari menghiasi langit
kita.
*****
"Kamu capek, sayang? Sini, biar kugendong"
"Sayang, kalo kamu capek menggendongku, kita istirahat bareng-bareng ya?"
"Iya, sayang. Setelah capeknya hilang, kita lanjutkan perjalanan kita. Oke?"
"Oke, sayang....Kita harus tetap bersama"
Mengecup
keningnya. "Sayang, kemarin sore aku membaca sebuah status di facebook
teman. Kurang lebih begini statusnya, "Saat kita jatuh, Tuhan sedang
menunjukkan apa itu bangkit"....Begitu sayang. Wah, sepertinya kita
butuh istirahat yang lebih lama, Sayang. Tidak apa-apa. Yang penting
kita terus bersama dan bisa melaju lebih hebat lagi."
*****
Sebenarnya,
ada yang ingin kubicarakan padanya. Kami sering makan bareng di warung
nasi di tepi jalan. Kami sering makan dengan jenis lauk yangsama. Aku
makan tongkol, dia juga makan tongkol. Kadang tempe, tahu, sayur, soto.
Tapi, terkadang juga berbeda. Aku sedang ingin makan nasi rawon, dia
ingin makan nasi pecel. Tidak apa-apa. Toh sama-sama makan. Hasilnya
sama-sama menyehatkan dan mengenyangkan. Selama makan pun, kami juga
sama-sama saling bercerita, tetap tertawa. Stelah itu, kami juga
sama-sama melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Kapan
hari yang lalu, dia bercerita tentang sakit hatinya karena ucapanku. Dia
menangis dan tidak lagi mengharapkanku. Aku tidak tahu, ucapanku yang
mana yang membuatnya begitu sakit hingga berikrar untuk membuang rasa
harapnya padaku. Setiap kali kutanyakan padanya, "Ucapanku yang
bagaimana yang membuatmu demikian? Aku minta maaf." Dia selalu menjawab,
"Biarlah. Itu masalalu. AKu juga sudah memaafkannya. Tapi, setiap kali
mengingatnya, rasanya itu seperti luka yang sudah kering hampir sembuh,
kemudian dikuliti kembali. Perih"
Aku terus memaksanya untuk bercerita. Akhirnya dia pun bercerita. Selanjutnya, kami tetap saling tersenyum. Saling memaafkan.
Kami pun terus menyusuri jalan menuju tempat yang sudah kami rencanakan bersama. Statusnya teman di facebook, sedikit menjadi bekal untukku di perjalanan. Ketika salah satu dari kami terjatuh, itu artinya Tuhan sedang menunjukkan bagaimana bangkit. Juga bagaiman saling membangkitkan. Atau bahkan, ketika kami jatuh bersamaan sekalipun. Kami tetap tenang, karena kami percaya Tuhan.
Nah,
yang ingin kuceritakan padanya adalah tentang kakinya. Menurutnya,
ucapan yang menyakitkan itu, lebih menyakitkan dari pada pisau
sesungguhnya yang menggores kulit. Peribahasanya, mulut itu lebih tajam
daripada pisau. Tindakan/perbuatan masih kalah tajam jika dibandingkan
dengan ucapan/perkataan.
Ternyata, aku lebih sensitif.
Bagiku, ucapan, tindakan, mulut, mata, teinga, bahkan kaki sekalipun,
itu semua sama-sama menyakitkan. Dia itu sering menendangku menggunakan
kakinya. Kaki yang sesungguhnya. Bagiku, itu sangat menyakitkan.
Sakitnya bukan di bagian tubuh yang terkena tendangan kakinya, tapi
lukanya membekas begitu dalam di hatiku. Sebegitu hinanyakah diriku
sehingga dihormati menggunakan kaki?
Jujur, aku juga
sakit. Sakit sekali. Aku merasa bukan manusia jika dia memperlakukanku
demikian. Aku adalah benda. Benda yang tak berharga. Inilah yang ingin
kubicarakan padanya. Suatu saat nanti, aku juga harus bilang padanya
tentang rasa sakit ini. Aku tidak ingin dia begitu mudah menggunakan
kakinya untuk menendang seseorang untk menunjukkan rasa marahnya.
Itu menurut pandanganku. Aku juga belum tahu, seperti apa pandangannya mengenai hal ini.
Walaupun
demikian, aku tetap bertahan. Karena aku punya mimpi. Aku ingin tetap
melangkah bersamanya menggunakan kaki masing-masing sambil bergandengan
tangan. Karena aku yakin, bahwa dia sebenarnya adalah pribadi yang
lembut, anggun, dan tangguh.
Tinggal kita yang memilih, kekurangan yang mana yang dapat kau terima dari seseorang? Karena sejatinya, nobody is perfect.
Tuhan, bimbinglah kami di jalan yang Engkau ridhoi..
"Sayang, ayo kita lanjutkan perjalanan kita...."