“ Sampean asli mana, Mas ? “. Hampir semua orang di Jember
yang baru pertama kali bertemu saya bertanya demikian.
Jawaban saya : “Saya asli Bekasi, Mbak “, “Saya asli Bekasi,
Mas”, “Saya dari Jawa Barat, Pak/Bu, dari Bekasi."
Lantas hampir mereka semua bilang begini : “Ooooh,
pantesan....”
Saya : “ Pantesan kenapa Mbak/Mas/Bu/Pak ?”
Mereka : “Logat bicaranya beda....”
Saya sendiri benar-benar tidak meraskan adanya perbedaan
logat bicara saya dengan mereka. Saya sering membatin, “Emang iya ya? Kok gue
sedikit pun gak merasakan hal itu ya!? Dilihat dari mananya ya?! ”
Mereka bilang lagi ke saya : “Berarti deket Jakarta ya,
Dik/Mas ?”
Saya : “Iya, Mbak/Mas/Bu/Pak...”
Mereka : “Enak ya deket kota ! Bisa ketemu artis-artis ibu
kota setiap hari....”
Intinya, hampir dari mereka semua mengira bahwa saya tinggal
di kota, deket dengan gedung-gedung penting dan tinggi, dekat dengan pusat
hiburan, bisa ketemu artis-artis setiap saat, dll. Padahal, kenyataannya tidak.
Saya pun selalu bilang begini setiap kali mereka bilang begitu, “ Gak,
Mbak/Mas/Bu/Pak. Saya tinggal di desanya. Saya mah di kampung....”
Penampilan Rumah Saya
Dan, kali ini saya akan memperkenalkan diri lewat menggambarkan tempat tinggal saya (keadaan rumah).
Penampilan Rumah Saya
Dan, kali ini saya akan memperkenalkan diri lewat menggambarkan tempat tinggal saya (keadaan rumah).
Kenampakkan Rumah dari atas Pohon Rambutan |
Rumah saya menghadap ke Utara. Itu adalah kenampakkan rumah saya dari depan pojok kanan atas. Saya mengambil gambar ini sambil naik ke pohon rambutan yang ada di depan rumah. Bisa Anda lihat sendiri, daun yang ada pada gambar tersebut adalah daun pohon rambutan. Orang yang memakai t-shirt putih adalah saudara saya (kakak saya), Zulficar Rachmatullah.
Sedikit cerita tentang Kak Zulfi. Dia, tinggal di Jember (Jawa Timur), baru tahun ini datang ke rumah saya, Senin 04 Agustus 2013. Dia ingin merasakan lebaran di Kampung Sawah (nama kampung saya).
Bisa Anda lihat juga bahwa kenampakkan tanahnya. Itu masih sangat merah. Iya, di daerah rumah saya tanahnya tanah merah. Pagar bambu yang mengelilingi rumah, kalai di Sunda dinamakan Kikis (pagar bambu yang menutupi rumah). Kalo pagar bambu yang digunakan untuk pembatas/penghias taman, disebut Pager. Bagian rumah yang beratap asbes, itu namanya Sorondoy (teras). Tidak harus abes, kebanyakan rumah orang-orang, Sorondoy-nya menggunakan genteng biasa.
Lanjuuut....
Saya Turun, Saya Foto lagi dah ni Rumah |
Ini kenampakkan rumah saya dari bawah kanan. Itu (yang ada dua karung bersandar dan dua kayu balok di bawah tembok) adalah sisi sebelah kanan/Timur rumah saya. Bagian sisi timur belum di-cat. Hanya tembok bagian depan saja yang sudah di-cat (warna putih).
Ini masih bagian depan.
|
Masih Bagian Muka Rumah |
Tampak di sana ada pintu kikis, pintu masuk ke rumah saya.
Boleh dibilang, itu adalah Pintu Masuk
Utama. Lagi, tanahnya tanah merah. Kalo hujan, menjadi becek, gembur alias
empuk. Jejak kaki kita akan membekas dengan jelas. Air hujan yang turun akan
berubah warna seperti gula aren cair ketika sampai di tanah. Maka, tanah yang
bagian rumah dibuat agak tinggi agar air hujan tidak masuk. Lagian...kayaknya
lucu deh kalo tanah yang di rumah posisinya rata/sama dengan tanah yang di luar
rumah !?...
Sangat tampak jelas kampung-nya kan? Banyak jemuran
bergelantungan di depan rumah. Bambu panjang yang digunakan untuk menjemur
pakaian disebut Gantar.
Nah, ke sana adalah arah barat. Jadi, pojokkan sana adalah
pojok kiri depan rumah saya. Di balik Kikis
pojok kiri depan rumah saya ada
kandang domba. Ya, saya punya tiga ekot domba. Dua ekor betina yang sedang
hamil semua dan satu ekor jantan yang tanduknya keren abizz !!!
Ini diaaaa....
Bapak Hendak Memberi Domba Rumput |
Itu tampak Bapak saya sedang mengambil rumput di karung,
hendak memberi domba makan. (Kok, Cuma
satu ekor ? Katanya tiga ? Mana yang lainnya ???) Tenang, di akhir tulisan, Anda akan menenemukan
jawabannya.
Di gambar tersebut juga tampak pintu masuk ke rumah
saya. Itu pintu adanya di sisi kiri/barat rumah saya.
Saya dan Farid Rizki Ramadhan (keponakan) |
Saya dan Farid Rizki Ramadhan |
Anda sudah tahu kan saya berada di mana pada kedua gambar
tersebut ?
Begitu juga dengan ini.
Ini saya dan Ajat Sudrajat alias Gareng Symeut
Ketiga gambar itu adalah saya dan teman-teman MA sedang buka
puasa bersama sekaligus reunian kecil-kecilan. Banyak yang tidak bisa hadir..
Semoga tahun depan..lebih rame lagi...
Balik lagi ke My Home Sweet Home.....
Itu adalah gambar Pintu Utama Masuk ke rumah saya.
“Monggo..pinara...”
”Mangga ka lebet...”
Gambar ini saya ambil di depan pojok kiri rumah. Di sana
tampak Gantar lengkap dengan pakeannya
yang masih menggantung.
Di dalam kikis itu
adalah kandang kambing tadi. Anda belum lupa kan??? Kalo diperhatikan dengan
seksama, tampak domba jantan samar-samar di balik kikis.
Tampak pada gambar ada dua orang, yang pertama (yang
perempuan) adalah Uwa. (Uwa = kakak
dari orangtua kita. Baik kakak laki-laki maupun perempuan, tetap dipanggil Uwa. Pak
De dan Bu De dalam bahasa Jawa ).
Suami Uwa (Bu De)tersebut adalah
kakak dari ibu saya.
Yang ke dua, adalah Dani Anggara, keponakan ( anak dari
kakak saya yang nomor satu).
Uwa baru pulang dari warung, habis belanja. Dani baru pulang
dari main.
Ini adalah kenampakkan rumah saya dari sisi sebelah
barat/kiri rumah. Bagian atasnya masih sangat terbuka. Di balik kikis itu adalah dapur dan kamar mandi. Kikisnya berbeda dengan kikis yang di depan, yang ini bambunya
dianyam. Labih rapat dan lebih rapi. Sayang, pintu masuk samping kiri rumah
saya tidak ke-jepret kamera. Itu letaknya tidak jauh dari karung itu.
Ini baru agak jelas. Ini dari pojok kiri belakang. Yang
kikis, itu barat, dan yang tembok bata, itu belakang/ selatan rumah. Nah,
dibalik tembok itulah kamar mandinya.
Oh ya, itu kelihatan pintu masuk samping kiri/barat
rumah.....
Di sana juga tampak pepohonan. Yang paling deket adalah
pohon kecapi dan pohon pisang.
Rumah saya dikelilingi kebun. Maklum, kalo di kampung tuh emang kayak gini. Jarak antara satu rumah ke rumah yang lain lumayan jauh. Di kampung, masih jarang rumah. 10 meter di sisi kanan/timur, ada rumah Uwa (Pak De). 15 meter di sisi kiri/barat, ada rumah Uwa (yang tadi baru pulang dari warung habis belanja) dan rumah kakak sepupu (anak uwa). 15 meter dari belakang/selatan, ada rumah Mang Oman (tetangga), depan...kebun!
Ini masih dari pojok kiri belakang.
Dapat Anda lihat, di bawah ada pondasi yang membentuk kotak.
Ada tiga kotak. Dulu, itu adalah kamar mandi, dapur, dan gudang (berurutan dari
yang paling dekat dengan saya ketika mengambil gambar ini).
Ini lebih jelasnya.... Ini rumah saya bagian belakang.
Sekali lagi, dari kiri ke kanan, pondasi yang membentuk tiga kotak adalah kamar
mandi, dapur, dan gudang.
Tahun 2011 awal, dapur saya roboh. Ada bagian rumah (kayunya)
yang sudah keropos dan rapuh. Terutama temboknya yang tidak kuat.
Sewaktu membangun tembok bagian belakang, ternyata kandungan
semennya sangat sedikit. Dan itu terlihat ketika tembok itu sudah mengering
(beberapa minggu setelah dibangun), yang mana tembok tersebut jika dicolek pake
jari saja pasirnya sudah runtuh. Kalo didorong, tembok itu akan goyang.
Bergetar. Waktu itu hujan lebat. Tembok belakang basah dan tidak kuat menahan
genteng yang terkena air hujan yang sangat banyak. Robohlah tuh tembok.
Berhubung belum punya dana untuk membangun lagi, akhirnya, dapur dan kamar
mandi dipindah ke samping rumah sebelah barat/kiri. Sampai sekarang, keadaan
belakang rumah saya masih seperti pada gambar.
Tampak pohon melinjo dan sereh.
Nah, dulunya, lahan yang ditumbuhi melinjo dan sereh
itu..adalah rumah Mbah Hasan. Siapa dia?
Nenek saya (Amani namanya, dia Ibunya Ibu saya) punya adik
laki-laki, Hasan namanya. Jadi, Mbah Hasan itu adalah adik dari Mbah Amani.
Saya tidak tahu kapan Mbah Hasan meninggal. Yang jelas
ketika saya masih kecil. Tahun 2012, Mbah Diyah (isteri Mbah Hasan) meninggal.
Berhubung sudah meninggal semua dan berdasarkan musyawarah anak-anaknya,
akhirnya rumahnya dibongkar.
Anda merinding gak ?
Ini masih belakang rumah saya. Itu adalah pintu menuju ke
dapur (dulu). Sekarang, pintu itu ditutup total. Tidak pernah dibuka-buka lagi.
Dipaku, dirapihkan, agar lebih aman.
Ini kenampakkan rumah saya sisi sebelah kanan/timur. Ini
sudah ditembok, berbeda dengan sisi sebelah kiri/barat tadi, kikis.
Untuk lebih jelasnya lagi, silahkan saksikan video berikut
ini.
Rumah wajib dijaga keamanannya, kebersihannya, dan kekokohannya. Jika
ada bagian yang rusak, maka segeralah direnovasi sebelum mengalami
kerusakan parah. Buatlah senyaman mungki rumah itu. Agar diri sendiri
dan orang lain merasa betah berlama-lama di rumah. Bagitu juga dengan
"rumah kita" yang terdiri dari jiwa dan raga, itu perlu dipertanyakan ke
hati kita, seberapa sering kita merenovasi "rumah" tersebut ???
Seberapa nyamankah kita juga orang lainberada di "rumah" itu ???
0 comments:
Posting Komentar